Tercatat dalam sejarah bahwa jiwa Rasulullah itu sangat lembut. Ia bahkan tidak segan memaafkan orang-orang yang sudah memusuhi dan menyakitinya. Sekalipun mampu meminta langsung pada Allah untuk mengazab orang-orang yang menyakitinya, ia tidak melakukan hal itu. “Kalau tidak mereka yang mendapatkan hidayah, barangkali saja anak-cucu mereka nanti yang mendapatkan hidayah,” itu harapan Rasulullah.
Rasulullah pun tak pernah mencari musuh. Tapi jika musuh terlebih dahulu menyerangnya, Rasulullah pun membela diri. Diriwayatkan dari Abu Hurairah yang mendengar Rasulullah saw. bersabda.
لاَ تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وإِذَا لَقِيْتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا
Janganlah kalian berharap bertemu musuh. Namun jika kalian bertemu musuh, bertabahlah menghadapinya (HR Bukhari).
Menurut Syekh al-Munawi dalam Faidhul Qadir yang mengutip riwayat lain dari Imam al-Bukhari, Nabi itu membaca doa berikut saat bertemu dengan musuh yang menantang.
اللهم يا منزل الكتاب ومجري السحاب وهازم الأحزاب اهزمهم وانصرنا عليهم
Allohumma ya munazzilal kitab, wa mujriyas sahab, wa hazimal ahzab, ihzimhum wanshurna ‘alaihim
Ya Allah, waha Zat yang menurunkan Al-Qur’an berangsur-angsur, pengerak awan, pengusir kelompok (jahat), usirlah mereka dan menangkanlah kami atas mereka.
Dalam riwayat lain yang disebutakn Imam al-Nawawi dalam al-Adzkar, Rasulullah saw. juga pernah membaca doa berikut saat bertemu musuh.
يَا مَالِكَ يَوْمِ الدِّيْنِ إِيَّاكَ أعْبُدُ وَإيَّاكَ أَسْتَعِينُ
Ya maliki yaumidini iyyaka a’budu wa iyyaka asta’inu.
“Wahai penguasa hari pembalasan, hanya kepada-Mu aku menyembah dan hanya kepada-Mu aku memohon pertolongan.”