Doa Nabi Musa Agar Dilancarkan Berdakwah

Seperti nabi yang lain, Nabi Musa juga medapatkan tantangan saat menyampaikan risalah. Tantangannya begitu berat. Hal ini sebab yang hendak ia dakwahi seorang raja Firaun yang tidak ada satu orang Mesir pun yang berani menentangnya. Seperti diketahui, Firaun adalah gelar bagi raja-raja Mesir purbakala. Menurut sejarah, sebagaimana dikutip dari Republika , Firaun di masa Nabi Musa adalah Minephtah (1232-1224 SM), putra dari Ramses II.

Awalnya ada yang mengatakan, raja yang memusuhi Nabi Musa as itu adalah Ramses II, bukan Minephtah. Namun, setelah diselidiki, Ramses II justru merupakan seorang raja yang baik. Ia memerintahkan rakyatnya untuk selalu berbuat adil. Ia memerintah selama 68 tahun pada 1304-1237 SM. Sedangkan, anaknya, Minephtah, dikenal sebagai raja yang sangat kejam. Dialah yang menentang Nabi Musa dan mengaku sebagai tuhan.

Dakwah dirasa sulit, bukan hanya karena kekejaman Firaun. Namun juga karena kekurangan yang ada pada diri Nabi Musa alaihis salam. Kekurangan itu berupa rasa kaku dalam lisannya. Sehingga orang lain sulit memahami apa yang disampaikan beliau. Sedangkan mendakwah memerlukan keluwesan dalam berbicara. Kita bisa lihat di dalam kitabullah al-Quran,

وَاَخِيْ هٰرُوْنَ هُوَ اَفْصَحُ مِنِّيْ لِسَانًا

“Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku.” (QS. Al Qashshash: 34).

Oleh karena itu, Nabi Musa memohon kepada Allah agar kekakuan lidahnya segera dihilangkan agar semua orang bisa memahami apa yang Beliau sampaikan. Lalu Allah mengabulkan do’a-Nya.

Doa Nabi Musa ini tertulis di dalam al-Quran QS. at-Thaha [20]: 25-28,

رَبِّ ا شْرَحْ لِيْ صَدْرِ وَيَسِّرْلِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْ قَوْلِيْ

“Ya Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah segala urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.”

Doa ini mengandung tiga permohonan. Pertama, memohon diangkatnya rasa susah yang menyesakkan dada. Kedua, memohon dimudahkan segala urusan. Ketiga, memohon kelancaran dalam bertutur kata sehingga mudah dipahami para pendengarnya.

Di pondok saya, waktu saya masih berstatus santri, sebelum belajar (baik ngaji kitab kuning atau al-Quran) para santri membaca doa ini. Bahkan hingga saat ini, saat saya mengabdi di sana. Selain saat hendak belajar, doa ini juga bisa digunakan saat menghadapi ujian (ujian sekolah, ujian hidup), tampil di depan umum, dan sejenisnya.