Menurut para ulama, di antara nikmat terbesar yang perlu kita syukuri adalah kita ditakdir untuk beragama Islam. Karena dengan kita diberikan hidayah memeluk Islam, kita bisa mendapatkan cahaya atau nur dari Allah. Pandangan ini mungkin bisa berbeda bagi pemeluk agama lain.
Ini sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surah Al-Zumar ayat 22;
مَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Barangsiapa yang Allah lapangkan hatinya untuk (menerima) agama Islam, maka dia pasti nmendapat cahaya dari Tuhannya. Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.
Oleh sebab itu, karena kita hanya ditakdir dan dikehendaki oleh Allah untuk beragama Islam, maka kita tidak perlu mengutuk orang yang belum menerima atau belum beragama Islam. Kita hanya dianjurkan untuk bersyukur karena telah dipilih oleh Allah untuk beragama Islam.
Dalam kitab Fiqhur Ridha disebutukan bahwa di antara bentuk bersyukur adalah membaca doa berikut ketika melihat orang yang belum beragama Islam atau non-muslim;
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ فَضَّلَنِيْ عَلَيْكَ بِالإِسْلاَمِ دِيْناً، وَبِاْلقُرْآنِ كِتَابًا، وَبِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وآله رَسُوْلاً، وَنَبِيًّا، وَبِاْلمُؤْمِنِيْنَ إِخْوَانًا، وَبِاْلكَعْبَةِ قِبْلَةً
Alhamdu lillaahil ladzii fadh-dhalanii ‘alaika bil islaami diinan, wa bil qur-aani kitaaban, wa bimuhammadin shollallaahu ‘alaihi wa sallama rosuulan wa nabiyyan, wa bil mukminiina ikhwaanan wa bil ka’bati qiblatan.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan anugerah padaku dibanding dirimu dengan Islam sebagai agama, Al-Quran sebagai kitab, Nabi Muhammad Saw sebagai rasul dan nabi, orang-orang beriman sebagai saudara dan Ka’bah sebagai kiblat.